CHEMPEDIA EDISI BULAN DESEMBER 2023

Salah satu topik hangat saat Debat Cawapres 2 yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Desember adalah Carbon Capture Storage. Kira-kira, apa ya carbon capture itu?

Definisi Carbon Capture Storage (CCS)

Carbon Capture Storage yang mana sering disebut sebagai carbon capture and sequestration, mencegah CO₂ dalam jumlah banyak terlepas ke dalam atmosfer. Teknologi ini mencakup penangkapan CO₂ yang diproduksi oleh pabrik industri yang besar, mengompresnya untuk transportasi dan kemudian memasukannya ke dalam formasi batuan yang sangat dalam dengan hati-hati, dimana itu adalah penyimpanan permanen (Global CCS Institute, 2011).

Teknologi Carbon Capture Storage (CCS)

Pertama, CO₂ akan dihilangkan atau dipisahkan, dari pabrik batubara dan pembangkit listrik, dan dari pembuatan baja dan semen. Ada tiga jenis cara capture yaitu pre-combustion, post combustion dan oxyfuel combustion.

  1. Pre-Combustion adalah proses penangkapan CO₂ dari bahan bakar fosil yang terjadi sebelum proses pembakaran
  2. Post Combustion adalah memisahkan CO₂ dari gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar utama di udara.
  3. Oxyfuel Combustion menggunakan oksigen murni untuk menghasilkan gas buang yang berupa uap air dan CO₂ dengan konsentrasi CO₂ yang lebih tinggi daripada uap airnya (lebih dari 80% volume) (IEA, 2013, IPCC, 2005).

Pemanfaatan CCS di Indonesia

Tren konsumsi bahan bakar fosil dan kaitannya dengan emisi CO₂ di Indonesia. Konsumsi bahan bakar fosil mengalami peningkatan dari 53,4 MTOE pada tahun 1990 menjadi 154,93 MTOE pada tahun 2013, ketika pangsa minyak sekitar 50–60%. Skenario NEP akan berkurang pangsa minyak menjadi 25% – 30%, tetapi konsumsi bahan bakar fosil secara keseluruhan seharusnya meningkat menjadi 690 MTOE pada tahun 2050. Peningkatan konsumsi bahan bakar fosil ini akan disertai dengan timbulnya emisi CO₂. Pada tahun 1990, emisi CO₂ adalah 133,9 MTOE, yang meningkat menjadi 133,9 MTOE pada tahun 2013. Pada tahun 2030 dan 2050 diperkirakan masing-masing akan mencapai 1000,6 MTOE dan 2065,98 MTOE.

Sehingga CCS harus diterapkan sebagai alat untuk mengurangi emisi CO₂ secara signifikan, khususnya emisi CO₂ dari minyak dan gas, listrik, dan sektor industri. Penerapan CCS tidak hanya mengurangi emisi CO₂ tetapi juga berpotensi untuk memisahkan pertumbuhan ekonomi dari CO₂. Namun, pengembangan mengenai CCS belum berkembang dengan baik. Pemanfaatan teknologi CCS di Indonesia, hanya berfokus untuk meningkatkan produksi di sumur-sumur tua minyak dan gas yang tersebar di beberapa lokasi di Indonesia.

Tantangan dalam Penerapan CCS di Indonesia

Hambatan utama untuk CCS di Indonesia seperti di negara lain adalah kurangnya peraturan untuk operasi CCS yang akan diperlukan untuk memberikan kepercayaan kepada investor dan pengembang proyek di Indonesia serta memberikan kepercayaan publik terhadap keselamatan dan keamanan operasi.

Kesimpulan

Carbon Capture Storage merupakan cara dalam mencegah CO₂ dalam jumlah banyak yang terlepas ke dalam atmosfer yang dihasilkan dari berbagai industri terutama industri migas. Penangkapan CO₂ di atmosfer, mengkompresinya untuk transportasi dan kemudian dimasukkan ke dalam for masi batuan yang sangat dalam dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan produksi migas dan m engurangi polusi di Indonesia.

Referensi

Global CCS Institute. 2011. Accelerating The Uptake Of CCS: Industrial Use Of Captured Carbon Dioxide. Parsons Brinckerhoff. IEA Energy Atlas. (2016). IEA Energy Atlas Statistics. Available at: http://www.iea.org/statistics/ieaenergyatlas/ IPCC. 2005. The IPCC Special Report on Carbon dioxide Capture and Storage. Montreal:Intergovernmental Panel On Climate Change

Home
News
Contact
Search