Manusia silver merupakan sebutan bagi orang yang seluruh tubuhnya dilumuri cat berwarna silver. Mereka biasanya membawa kardus untuk menampung uang yang diberikan dari para pengguna jalan. Mengacu pada artikel milik Tossa Rahmania Darmawan yang berjudul “Presentasi Diri Pengamen Silver Man di Kota Bandung”, manusia silver awalnya muncul pada sekitar tahun 2012 di Kota Bandung, Jawa Barat. Awalnya, para manusia silver ini tergabung dalam ‘Komunitas Silver Peduli’. Komunitas ini pada mulanya turun ke jalan untuk melakukan gerakan donasi bagi anak yatim. Namun semenjak pandemi COVID-19, manusia silver ini menjadikan kegiatan ini sebagai sebuah profesi baik secara perorangan maupun perkelompok.
Cat yang biasa digunakan manusia silver adalah cat minyak B36 yang dicampurkan dengan minyak goreng atau bensin dan tinner. Cat tersebut memiliki kandungan pada zat logam tembaga (Cu), krom(Cr), kadmium (Cd), timbal (Pb) dan lainnya dimana zat tersebut dapat berbahaya dan berisiko bagi tubuh jika terkena kulit secara terus menerus. Efek langsung yang dirasakan pengguna adalah gatal-gatal dan panas pada tubuh.
Cat dengan warna terang umunya mengandung kadar timbal (Pb) yang tinggi. Timbal merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dengan organ manusia yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa anemia, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem syaraf, otak dan kulit, gangguan sistem reproduksi, gangguan darah, dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Namun kenyataannya, manusia silver sangat tidak memperhatikan kesehatan mereka. Mereka hanya mengonsumsi obat-obatan warung saja jika mereka sakit. Mereka tidak memeriksakan kesehatan mereka ke medis dan menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa.
Kesimpulan
Manusia silver mewarnai dirinya dengan cat minyak B36 memiliki kandungan logam tembaga (Cu), krom(Cr), kadmium (Cd), timbal (Pb) dan lainnya dimana zat tersebut dapat berbahaya dan berisiko bagi tubuh jika terkena kulit secara terus menerus. Terdapat beberapa efek yang sudah mereka rasakan seperti gatal-gatal dan panas pada tubuh. Namun, masih banyak manusia sliver yang mengabaikan fakta tersebut dan menganggap itu hal yang biasa.
Referensi
Afrizal, S., & Risdiana, R. (2022). Eksistensi Manusia Silver pada Masa Pandemi di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 9207–9215.
Marpaung, S. Y., & Aidha, Z. (2023). Perilaku Manusia Silver terhadap Keluhan Kesehatan di Kecamatan Helvetia. HEALTH INFORMATION JURNAL PENELITIAN, 15.